Monday, November 14, 2016

Langkah-langkah dan Penulisan Kritik Musik


Bagaimana kritik pedagogik dilakukan dalam pembelajaran musik di sekolah? Pada hakikatnya, aktivitas kritik seni berhubungan dengan aktivitas musik yang dilakukan secara konkrit. Berdasarkan teori kritik yang dikemukakan oleh Feldman (1967), sebagaimana dikutip oleh Bangun (2001), dalam teori kritik seni dikenal empat tahap kegiatan, yaitu: deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi atau penilaian. Untuk dapat mengemukakan kritik berdasar keempat tahap atau langkah itu, terlebih dahulu kita bahas dulu masing-masing pengertiannya.

Tahap deskripsi mengacu pada suatu proses pengumpulan data yang secara langsung diperoleh oleh kritikus. Dalam tahap ini, kritikus hanya mengemukakan hasil pengamatannya pada suatu objek, yaitu musik atau pertunjukan musik. Penilaian ‘bagus’ atau ‘tidak bagus’; ‘benar’ atau ‘salah’ tidak masuk dalam tahap ini. Misalnya, mengemukakan pengamatan kritikus pada permainan musik murid lain dan mengemukakan bagaimana caranya siswa itu mengekspresikan musik yang dia mainkan. Dalam tahap ini murid yang memberi kritik tidak mengatakan bahwa permainan musik tidak ekspresif atau kurang bagus. Perhatikan contoh kritik musik dalam

Kriteria Standar
Kriteria utama musik pop adalah gampang dipahami sehingga wajib sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kebanyakan masyarakat. Musik pop ini wajib mampu menawarkan aspek identifikasi para penggemar dengan idolanya sehingga faktor non musikal tidak kalah penting, malah lebih penting (kasus terbaik adalah Madonna, sebab musiknya sendiri sangat polos dan tanpa makna apa pun, kemampuan vokal amat terbatas tetapi cara penampilan cara mempresentasikan diri sangat profesional dan menutup segala yang lain).
Pada sisi instrumentasinya semula menggunakan gitar, bas, drum set, vokal. Kemudian diperluas dengan keyboards, dan sebagainya. Akhirnya, tidak ada instrumentasi yang khas pada musik pop. Bisa saja penyanyi pop diiringi oleh orkes simfoni. Itu hanya aspek kuantitatif, bukan kualitatif. Bahkan zaman sekarang ini kebanyakan permainan perangkat musik diganti dan diprogram dengan computer sebab lebih murah dan lebih gampang untuk prinsip standarisasi.
Yang masih perlu ditambahkan di sini adalah liriknya. Teks suatu lagu pop nyaris 100% berkaitan dengan cinta dalam segala aspek. Dengan demikian, kenyataan ini cenderung memenuhi pemikiran, mimpi, khayalan kebanyakan remaja yang menganutnya.
Sumber: Dieter Mack, 2006

Perhatikan contoh di atas dan cobalah jawab pertanyaan berikut.

  1. Jelaskan tujuan penulis dalam tulisan di atas!
  2. Apakah penulisan kritik di atas menggambarkan fakta-fakta yang ada?
  3. Penjelasan Apakah di dalamnya sudah ada penilaian ‘bagus – buruk’ atau ‘benar – salah’?

Tahap analisis formal mengacu pada suatu proses analisis yang dilakukan siswa yang memberi kritik atau kritikus pada musik yang dimainkan. Dalam tahap ini, kritikus mengemukakan hasil analisisnya mengenai bunyi yang dihasilkan, baik nada, ritme, harmonisasi akor, dinamika, atau warna suara dari musik atau lagu yang dimainkan. Dengan kata lain, tahap analisis formal ini lebih menekankan pada elemen-elemen musik yang dimainkan. Perhatikan contoh kritik musik dalam tahap analisis formal:

Nyak Ina Raseuki (Ubiet): Remember Maninjau
Dampak dari pengembangan itu tidak menghilangkan gaya pop pada lagu itu sebab Ubiet tidak melaksanakan perubahan atau pengembangan secara utuh pada melodi dasar, tetapi hanya mengimprovisasi bagian awal, tengah, dan akhir lagu. Bagian untuk improvisasi yang dilakukan Ubiet sepertinya sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Dotty Nugroho sebagai pencipta lagu. Sebagai penyanyi atau pesuara, Ubiet menginterpretasikan rancangan Dotty itu dengan gaya nyanyi berornamennya yang menyebabkan lagu ini terdengar seperti perpaduan gaya pop dan etnik Minang.
Improvisasi yang dilakukan Ubiet menyebabkan lagu itu berbentuk: improvisasi 1 – A – improvisasi 2 – B – improvisasi 3 – A’ – improvisasi 4 – B’ – Coda. Ubiet tidak sekedar melaksanakan perubahan-perubahan pada lagu yang akan direproduksi, tetapi mendiskusikan terlebih dahulu dengan pengiring musiknya. Fenomena ini memperlihatkan pengetahuannya yang diperoleh melalui model analitik. Pada bagian improvisasi, yaitu bar 1 – 14 (sampai hitungan ke-2), bar 30 – 34, bar 51 – 59 (sampai hitungan ke-2), dan bar 74 (pada hitungan ke-3) – 80, Ubiet seolah-olah mengimitasi bunyi instrumen tradisional Minangkabau, saluang. Dalam suatu artikel dituliskan mengenai gaya Ubiet dalam menyanyikan lagu itu bahwa, “lagu ini tidak hanya mengingatkan pendengar pada “ranah Minang”, tetapi juga suara saluang”. Namun dalam artikel itu pula Ubiet menegaskan bahwa dia tidak meniru suara saluang, tetapi mengolah atau memanipulasi bunyi saluang secara kreatif. Ubiet menjelaskan mengenai hal itu, “..., kalau hanya meniru tanpa memanipulasinya secara kreatif, kita sebenarnya tidak melaksanakan apa-apa”. Sumber: Susi Gustina, 2012
Langkah-langkah dan Penulisan Kritik Musik

Perhatikan contoh itu dan cobalah jawab pertanyaan berikut.

  1. Jelaskan tujuan penulis dalam tulisan di atas!
  2. Elemen-elemen musik yang dikemukakan penulis dalam tulisannya ?
  3. Apakah penulisan di atas memperlihatkan pandangan analitik seorang kritikus?


Tahap interpretasi mengacu pada suatu proses saat kritikus memaknai musik berdasar pemahaman dan analisis yang sudah dilakukannya dengan teliti. Menurut Bangun (2011), tahap ini tidak juga bertujuan untuk menilai musik yang diamati. Perhatikan contoh tahap interpretasi dalam kritik musik:

Realitas Pop yang Artifisial
Hugh Mackay, pada bab Introduction, dalam bukunya mengenai kajian gaya hidup dan budaya pop yang cukup memiliki pengaruh (berjudul Consumption and Everyday Life), menjelaskan setidaknya ada tiga hal yang bisa kita jadikan sebagai ciri atau penanda untuk redefinisi budaya pop dan artinya dalam kehidupan sehari-hari, yakni: waste/use up (apa yang masih ngetren atau apa yang sudah nggak musim), pleasure (sejauh mana lagu pop cukup asyik dinikmati), everyday practice (kaitan dengan pengalaman hidup sehari- hari. Misalnya lirik lagu SMS-nya Trio Macan yang akrab dengan gejala SMS-mania di kalangan anak muda) dan faktor lain yang cukup terkait, yakni related to our identity (warna musik atau makna lirik yang dianggap mewakili citra dan hasrat seseorang secara personal).
Karena itu eksistensi musik pop tidak bisa dipisahkan dari gaya hidup dan fashion, sebagai ‘habitat alami’nya. Bahkan keberadaan dua unsur lain itu, gaya hidup dan fashion, akhirnya menjadi satu bagian tidak terpisahkan (istilah ngepopnya satu paket) sebagai sebuah produk kultur modernisme, dengan segenap bentuk komodifikasinya, yang di era cybernetrik ini justru semakin menjadi-jadi.
Sumber: Heru Emka, 2006

Perhatikan contoh itu dan cobalah jawab pertanyaan berikut.

  1. Jelaskan tujuan penulis dalam tulisan di atas!
  2. Makna apa yang ingin diungkapkan oleh kritikus dalam tulisan itu ?
  3. Apakah penulisan di atas memperlihatkan adanya penilaian dari kritikus?


Tahap evaluasi mengacu pada suatu proses saat kritikus menyatakan pandangan atau kritiknya pada musik yang dimainkan. Pada tahap ini lah kritikus memberi penilaian. Namun, penilaian yang diberikan oleh seorang kritikus bukan penilaian subjektif yang tidak berdasar, tetapi penilaian yang dilatarbelakangi oleh pemahaman mendalam pada musik, kemampuan menganalisis musik, dan kemampuan memaknai musik yang dimainkan. Inti dalam tahap ini adalah ‘baik’ atau ‘buruk’, ‘benar’ atau ‘salah’, atau ‘berhasil’ atau ‘gagal’. Penilaian pada ‘baik’, ‘benar’, atau ‘berhasil’ berhubungan dengan penilaian-penilaian positif yang ditemukan kritikus, sedangkan penilaian pada ‘buruk’, ‘salah’, atau ‘gagal’ berhubungan dengan penilaian-penilaian negatif. Apa pun bentuk penilaian itu, positif atau negatif, mempunyai tujuan baik dalam pembelajaran musik di sekolah, yaitu memotivasi serta mendukung potensi dan pengetahuan murid dalam bidang musik. Perhatikan kritik musik dalam tahap evaluasi berikut:
Bahwa gamelan itu asosiasinya Indonesia, sekalipun Thailand dan Filipina juga mempunyainya, tidak demikian halnya dengan karya-karya yang diilhami Indonesia tapi dengan instrumentasi non- gamelan. Debussy, Britten, de Leeuw, Poulenc, Schaat, dll, pada karya-karyanya tertentu sering membingungkan mereka yang suka mengkais-kais mencari sumbernya. Karena itu sikap tegas Jurrien Sligter dalam memilih karya-karya yang disuguhkannya, sangat penting maknanya bagi festival ini: bahwa Indonesia lebih ke masalah batin ketimbang sekadar wujud.
Sumber: Slamet A. Sjukur, 2006

Perhatikan contoh itu dan cobalah jawab pertanyaan berikut.

  1. Jelaskan tujuan penulis dalam tulisan di atas!
  2. Penilaian seperti apa yang diberikan oleh penulis pada pihak yang dikritik?
  3. Siapakah penulis dan mengapa dia menulis kritik seperti itu?


Sumber : Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.