Sunday, August 31, 2014

Prinsip-prinsip Desain Seni Rupa

Dalam proses kreasi desain seni rupa, seorang pedesain harus memilik pengetahuan dasar tentang lima prinsip desain seni rupa, yaitu (1) keselarasan, (2) kesebandingan, (3) irama, (4) keseimbangan dan (5) penekanan.

Prinsip desain seni rupa pertama : Keselarasan (harmony)

Prinsip seni rupa yang pertama adalah keselarasan. Keselarasan dalam suatu desain adalah keteraturan tatanan di antara bagian-bagian desain, yaitu susunan desain yang seimbang, menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh, masing-masing saling mengisi sehingga mencapai kualitas yang biasa disebut dengan harmoni. Faktor keselarasan merupakan hal utama dan penting dalam penciptaan sebuah karya desain.


Prinsip desain seni rupa kedua : Kesebandingan (proportion)

Setelah keselarasan, prinsip seni rupa yang selanjutnya adalah Kesebandingan. Kesebandingan merupakan perbandingan antar satu bagian dengan bagian lainnya, atau antara bagian-bagian desain dengan unsur keseluruhan secara visual memberikan efek menyenangkan, artinya tidak memperlihatkan ketimpangan atau kejanggalan baik dari segi bentuk maupun warna.

Prinsip desain seni rupa ketiga : Irama (rythme)

Lima Prinsip Desain Seni RupaSetelah kesebandingan, prinsip seni rupa yang berikutnya adalah Irama. Irama dalam pengertian visual dapat dirasakan karena ada faktor pengulangan di atas bidang atau dalam ruang, yang dapat menyebabkan timbulnya efek optik seperti gerakan, getaran, ataupun perpindahan dari unsur yang satu ke unsur yang lainnya. Faktor irama ini kerap kali  dapat memandu mata manusia mengikuti arah gerakan dalam karya desain.

Prinsip desain seni rupa keempat :  Keseimbangan (balance)

Setelah irama, prinsip seni rupa yang berikutnya adalah Keseimbangan. Keseimbangan dalam penciptaan desain merupakan upaya penciptaan karya yang memiliki daya tarik visual. Kesimbangan harus ada pada unsur dan bagian desain, maupun pada keindahan dan fungsi desain. Keseimbangan dapat memberikan efek formal (simetri), informal (asimetri), atau efek statik (piramid) dan dinamik (bola), efek memencar, memusat, dan lain sebagainya. Jadi faktor keseimbangan bertalian dengan penempatan unsur visual, ukuran, keterpaduan unsur, atau kehadiran unsur pada keluasan bidang-ruang terjaga jika struktur rupa serasi dan sepadan, dengan kata lain bobot tatanan rupa memberi kesan mantap dan kokoh.

Prinsip desain seni rupa kelima:  Penekanan (emphasis)

Prinsip seni rupa yang terakhir adalah Penekanan. Penekanan dalam merealisasikan gagasan desain, merupakan faktor utama yang ditonjolkan karena kepentingannya, kadang ada faktor pendukung gagasan yang penyajiannya tidak perlu mengundang perhatian, meskipun keberadaannya dalam keseluruhan desain tetap penting. Prinsip penekanan dapat dilakukan dengan distorsi ukuran, bentuk, arah, irama, warna kontras, dan lain-lain.

Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Tahapan Penciptaan Karya Desain

Desain sebagai kata kerja memiliki arti sebagai "proses penciptaan objek baru", sedangkan sebagai kata benda desain memiliki arti "hasil akhir sebuah proses kreatif baik dalam wujud rencana, proposal, atau karya desain sebagai objek nyata".

Desain sebagai aktivitas reka letak atau perancangan dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap benda-benda fugsional yang estetis. Tahapan penciptaan karya desain mencakup lima tahap, yaitu :
(1) Studi pendahuluan
(2) Profil Pasar dan Segmen Konsumen.
(3) Alternatif Desain,
(4) Uji coba
(5) Standar prosedur Produksi.

Penciptaan karya desain biasanya dilakukan karena adanya pesanan dari pihak tertentu, tapi bisa juga berupa ciptaan para disainer yang ditawarkan kepada masyarakat, biasanya ciptaan tersebut disesuaikan dengan segmen pasar. Pada tahap studi pendahuluan pedesain harus mengkaji trend di masyarakat dari produk sejenis, aspek bahan baku, teknik dan proses kreasi, fungsi, susunan rupa, gaya, harga, dari jenis desain yang akan diciptakan.

Tahapan Penciptaan Karya Desain
Penciptaan alternatif desain umumnya selalu  mempertimbangkan faktor kebutuhan fungsional, faktor estetis, faktor lingkungan, serta faktor kenyamanan dan keamanan masyarakat pengguna, baik dalam arti fisik maupun mental. Sedangkan uji coba merupakan upaya untuk mendeteksi sejauh mana alternatif desain awal telah memenuhi kriteria standar desain. Kesimpulan dari hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan pada gilirannya akan dipergunakan untuk memperbaiki desain awal, sehingga diperoleh karya desain yang representatif dan memuaskan.

Jika kelima tahap disain tersebut dilakukan dengan baik, InsyaAllah karya yang diciptakan akan dapat diterima oleh masyarakat, jika tidak, maka pendisain hanya akan mengandalkan "nasib baik" yang belum tentu berhasil.

Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Pengertian Seni Lukis

Dalam cipta karya seni lukis, dituntut pengetahuan dan spesialisasi bidang keahlian seni lukis, karena itu diperlukan pengetahuan atau pengertian dasar seni lukis sebagai pondasi proses kreatif yang dilakukan oleh sang seniman.

1. Ruang lingkup seni lukis

Pengertian seni lukis telah banyak disebutkan dan difinisikan oleh para pakar seni, namun secara umum, tak satupun definisi yang dapat memuaskan dan diterima oleh semua orang. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya seni lukis itu memiliki keberagaman yang tinggi dan memiliki banyak aliran, yang satu sama lain mempunyai persamaan dalan satu sisi, juga tidak jarang saling bertentangan secara diametral dalam sisi yang lain. Dari sekian banyak definisi yang disebut oleh para pakar seni itu, di sini kita pilih salah satu definisi sebagai bekal dasar yang cukup relevan untuk memahami pengertian seni lukis.

Jika dilihat dari sisi teknis, lukisan merupakan penggunaan pigmen atau wama dengan menggunakan bahan pelarut yang dibubuhkan di atas permukaan bidang dasar, misalnya pada kanvas, sebagai media untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, tekstur, gerakan, untuk mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang bersifat emosional, intelektual, simbolik, relegius, dan lain sebagainya.

Seorang pakar seni lukis, Herbert Read mengatakan bahwa seni lukis merupakan penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada suatu permukaan, yang bertujuan untuk menciptakan berbagai image. Image-image tersebut bisa merupakan hasil ekspresi dari ide-ide, emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tercapainya harmoni. Adapun pengalaman yang dituangkan dalam lukisan adalah pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman estetik.

Menurut seorang pakar seni lukis lain yang bernama Edmund Burke Feldman, pengekspresian itu menggunakan :
  1. Unsur-unsur visual, yang terdiri atas garis, warna, bentuk, tekstur dan ruang atau gelap terang 
  2. Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi kesatuan, keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran. 

Seorang kritikus seni rupa bernama Dan Suwaryono mengemukakan bahwa seni lukis memiliki dua faktor.
  1. Faktor Ideoplastis: ide, pengalaman, pendapat, emosi, fantasi, dan lain-lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah sebagai dasar penciptaan seni lukis. 
  2. Faktor Fisioplastis: yang meliputi hal-hal yang menyangkut masalah teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual seperti garis, ruang, warna tekstur, bentuk (shape) dengan prinsip-prinsipnya. Faktor ini lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.


Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 1. Lukisan Vector Art
Seni lukis merupakan wujud ekspresi yang harus dipandang secara utuh. Keutuhan wujud itu, terdiri atas ide dan organisasi elemen-elemen visual. Elemen-elemen visual tersebut disusun sedemikian rupa oleh seniman lukisan dalam bidang dua dimensi.
Pengertian Seni Lukis
Gb 2. gaya pelukisan ekspresionisme

Pengertian seni lukis sebenarnya mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah definisi, karena seni lukis juga memiliki beragam istilah, misalnya lukisan dinding, lukisan miniatur, lukisan pottery, lukisan jambangan, lukisan mosaik, lukisan potret, lukisan manuskrip, lukisan enamel, lukisan kaca, lukisan teknologis yang dibuat dengan menggunakan media elektronik, seperti komputer. Perhatikan lukisan pada Gambar 1, lukisan tersebut dikenal sebagai lukisan vector art, dikerjakan dengan komputer, dan hasilnya cukup realistis. Bandingkan dengan lukisan  karya Soedjojono pada Gambar 2 yang berjudul "Di Depan Kelambu Terbuka", lukisan tersebut dikerjakan secara manual dan menampilkan gaya pelukisan ekspresionisme. Seni lukis yang lebih populer di tengah masyarakat dan diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan kesenian pada dasarnya adalah easel painting, jenis lukisan yang ukurannya lebih kecil dari lukisan dinding atau mural. Sejenis seni lukis yang lebih fleksibel, karena para seniman pelukis dapat membawa easel yang praktis itu keberbagai lokasi untuk melakukan karya melukis di alam bebas, di samping itu, dapat pula digunakan berkarya di studio seni lukis.

Berikut ini disajikan beberapa hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan seni lukis.


2. Unsur Visual

a. Garis

Sebuah titik dalam ukuran kecil sudah punya tenaga yang cukup untuk merangsang mata dan dapat berperan sebagai sebuah awal. Jika titik tersebut digerakkan, maka dimensi perpanjangnya akan jadi tampak lebih menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut dengan ‘garis’. Garis bisa berupa goresan yang dibuat di permukaan sebuah bidang, akan tetapi garis dapat juga mewakili sebuah tongkat, tiang bendera, kawat, pancaran sinar, sebilah tombak, ruang antara dua bangunan atau dinding, jalanan, sungai, kontur pegunungan, bangunan, kontur pegunungan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya.

Sebuah daris dapat memberikan kita kesan gerak, ide, atau simbol. Pada karya seni lukis, sebuah atau lebih garis dapat mengekspresikan suasana emosi tertentu, misalnya perasaan bahagia, sedih, kacau, bingung, marah, teratur, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat kita buat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, memanjang, pendek, putus-putus, melengkung, berombak, patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis juga dapat membangun membangkitkan kesan tertentu, misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, dan lebar. Sementara garis vertikal berkesan agung, stabil, dan tinggi, sedangkan garis diagonal berkesan jatuh dan bergerak.

Garis merupakan salah satu elemen yang penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting sebagaimana juga yang terdapat dalam hidup. Semakin nyata, tajam dan kuat garisnya, maka makin sempurna hasil seninya.
Garis dapat diciptakan melalui
(1) kontur, garis paling luar dari benda yang dilukis,
(2) Batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap,
(3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus, dan
(4) batas antara dua tekstur yang berlainan.

Dalam Kebudayaan Timur, para seniman pelukis sangat terpesona oleh kekuatan garis, baik di India, Cina, Jepang, maupun Indonesia. Untuk memahami kekuatan garis dalam seni lukis, bisa kita lihat bahwa lukisan Cina klasik bersifat grafis yang memberikan kesan lembut, puitis, penuh irama yang terkendali, juga menimbulkan efek perasaan tenteram. Sebaliknya jika kita lihat karya-karya dari Vincent van Gogh, ia banyak menggunakan garis pendek, patah-patah yang menimbulkan efek yang keras tegar sehingga menimbulkan kesan ledakan dan pemberontakan. Di dunia Barat, bisa kita lihat karya-karya dari Pablo Picasso, Henry Matisse, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur dan mengikuti kata batin, akan kita temukan identifikasi seseorang. Dengan garis dapat lahir bentuk, tapi juga bisa mengesankan suatu tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume, semua itu akan melahirkan suatu perwatakan.”

Dari uraian di atas kiranya dapat dimengerti, bahwa unsur garis dalam suatu lukisan dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam seni lukis memang haurs memerlukan latihan yang intensif dan kontinu sehingga bakat kita akan berkembang secara optimal.

b. Warna

Seperti yang pernah kita pelajari dalam ilmu fisika, warna ditimbulkan oleh sinar matahari, sinar matahari yang disorotkan ke sebuah kaca prisma akan terurai menjadi beberapa sinar warna, yang disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang tertentu yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita dapat melihat wama tertentu.

Secara fisik, ada dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerap cahaya. Secara fisiologi, stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga dapat merangsang mekanisme mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali warna-warna itu. Telah dibuktikan secara psikologis bahwa warna dapat mempengaruhi kegiatan fisik maupun mental orang yang melihatnya. Reaksi manusia terhadap wama bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap manusia berbeda kepada warna-warna. Pada pelbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifenstasi tatawarna tertentu, misalnya skema warna Rembrandt, skema warna klasik, dan lain sebagainya. Peran warna dalam seni lukis sangat esensial, baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa posmodern. Pada umumnya para seniman pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, ruang, bentuk, tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ekspresi atau makna simbolik. Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana peran warna dalam seni lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna, warna objek, pigmen, yang seluruhnya sangat menentukan kualitas penciptaan sebuah lukisan.

c. Sifat Warna

Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis, yaitu: hue, value, dan saturation. Hue merupakan tingkat kepekatan wama, misalnya merah, merah oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya. Value merupakan fenomena kecemerlangan dan kesuraman wama. Nilai rendah menunjukkan warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi menunjukkan kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya gejala demikian dapat kita lihat pada skala derajat warna abu-abu dari hitam ke putih. Sedangkan saturation merupakan intensitas nada warna untuk menunjukkan wama-wama menyala, dan warna-warna yang suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin tidak murni penggunaan warna menyebabkan semakin rendah intensitasnya. Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi menggunakan warna-wama suram atau kusam secara dominan,tapi  kemudian lukisannya berkembang kepenggunaan warna-wama cerah. Lihat Gambar 3, Karya Affandi Potret Diri dan Matahari, 1977, yang menggunakan warna-warna cerah.
Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 3. Karya Affandi Potret Diri dan Matahari

d. Notasi Warna

Dalam pengertian seni lukis, notasi warna merupakan sistem klasifikasi atau identifikasi warna menurut sifat-sifat optisnya. Dalam konteks ini dikenal Sistem Munsell,  Sistem Plochere, Sistem Ostwald, dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam the hues of the spectrum terdapat pada warna pelangi di alam. Sedangkan dalam lingkaran warna, color circle, dapat dilihat warna primer, merah, biru, dan kuning. Warna skunder, adalah hijau, ungu, oranye, dimana ketiganya merupakan hasil pencampuran warna primer. Warna komplementer letaknya bertolak belakang pada lingkaran warna, misalnya merah dengan hijau, biru dengan oranye, serta kuning dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan warna putih dan hitam. Sedangkan wama abu-abu merupakan warna netral. Jika hue adalah nilai kecerahan dan kecemerlangan wama, maka chroma adalah sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna.

e. Warna-Warna Antara

Setelah warna primer, warna skunder, dan warna komplementer, dikenal pula warna-warna antara (intermediate color), contoh warna-warna antara ini adalah merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan oranye kuning. Dalam teori warna, jumlah warna ada delapan puluh warna.

f. Warna Hangat dan Warna Sejuk

Dari lingkaran wama dapat pula ditentukan warna hangat- panas dan warna sejuk-dingin, Warna yang memberi efek kehangatan misalnya warna merah, oranye dan kuning, sedangkan wama hijau dan biru memberikan efek yang menyejukkan.

g. Warna Kromatik dan Akromatik

Warna kromatik (chromatic color), terdiri dan warna hitam, putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik (achromatic color), seperti merah, hijau, biru, coklat, oranye dan seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan warna meriah yang menggunakan banyak warna, disebut polychromatic. Pengertian ini dapat kita terjemahkan dari penglaman keseharian, pada saat kita mendekati wama api yang merah, kita tentu merasa hangat, dan jika terlalu dekat kita bisa kepanasan. Sementara jika seseorang berada di daerah pegunungan yang hijau atau gunung yang kebiruan, ia akan merasakan iklim yang sejuk. Asosiasi kita mengenai pengalaman nyata seperti itu menyebabkan kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna merah, oranye dan kuning, sedangkan efek menyejukkan atau dingin diberikan oleh warna hijau dan biru memberikan.

h. Warna Objek dan Warna Pigmen

Warna objek merupakan warna yang terkena sinar warna spektrum, yang mengenai mekanisme mata seorang pengamat adalah warna spektrum tersebut yang memiliki panjang gelombang tertentu dan dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya merah, maka warna spektrum merah dengan panjang gelombang merahlah yang dicerap mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah pantulan warna merah, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan objek tersebut. Warna pigment yang berupa bubuk halus yang disatukan dengan zat pengikat merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat poster, cat minyak, cat gouache, cat tempera, cat akrilik, dan lain sebagainya.

3. Ruang

Ruang merupakan keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Dalam Design Elementer disebutkan bahwa ruang bisa dikatakan bentuk dua atau tiga dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan tersebut bersifat positif atau negatif yang dibatasi oleh limit. Berbeda dengan pengertian garis, ruang memiliki 2 dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai gerakan arah dan ciri umum seperti halnya: diagonal, horisontal, lurus, bergelombang, melengkung dan lain-lainnya. Untuk memperjelas hal tersebut, maka batasan utama yang paling sesuai untuk ruang adalah keleluasaan dari satu bidang atau permukaan yang memiliki bentuk dua dimensional.

4. Tekstur

Pada umumnya pelukis memanfaatkan tekstur yang merupakan kualitas dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran permukaan objek, seperti buah-buahan, batu, kain, kulit, rambut, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa kasar, halus, lunak, keras, berbutir, bisa juga kasar atau licin, teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang akan diekspresikan sang pelukis.
Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 4. Lukisan Ahmad Sadali
Tekstur bisa dibuat dengan cat yang dicampur dengan bahan-bahan lain di atas kanvas, seperti modeling paste, bubuk marmar, pasir, dan lain lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak untuk semata-mata dari segi teknis, tetapi juga mengacu kepada substansi lukisan, atau ekspresi lukisan. Jika nilai ekspresi merupakan unsur pokok lukisan, maka pemanfaatan tekstur dapat menjadi pendukung pengejawantahan nilai ekspresi itu sendiri. Para pelukis dapat memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi, fokus atau kesatuan. Kesemuanya itu dapat terjadi dengan kesengajaan yang dilakukan oleh pelukis, maupun karena sifat dari media itu sendiri yang dipakai ketika melukis. Dalam kaitannya dengan para pelukis formalis, maka fungsi teksur dapat berubah sebagai unsur yang berdiri sendiri, artinya tidak ada berkaitan dengan tujuan eksternal tertentu, bagi mereka penggarapan tekstur semata-mata untuk mencapai efek estetis dalam kesatuan lukisan. Perhatikan lukisan karya Ahmad Sadali (gambar 4), yang menggunakan tekstur nyata dengan latar pewarnaan yang kelam, kemudian diberi aksentuasi warna-warna emas. Sedangkan pada gambar 5, Fajar Sidik menyajikan karya lain dengan latar warna cerah merah dan menyajikan bentuk-bentuk lingkaran, segi tiga, trapesium dan lain-lain. Bentuk-bentuk itu diisi dengan warna merah, hijau tua, hijau muda, merah jambu, biru laut, oranye dan kuning gading.
Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 5. Lukisan Fajar Sidik

Fajar Sidik berusaha menggabungkan peralihan bentuk pada lukisannya dengan warna komplementer merah-hijau dalam intensitas warna yang berlainan. Efek pengisian warna pada motif berwarna gelap menghasilkan garis yang tegas di sekeliling motif tadi. Hal ini menimbulkan efek ritmis yang dinamis hampir di seluruh bidang kanvas. Bentuk dan warna bulan sabit tampil sebagai keunikan lukisan (singular sign).

Jika seseorang mengamati permukaan suatu lukisan dan mendapat kesan kasar, kemudian meraba lukisan tersebut dan ternyata benar-benar kasar. Atau sebaliknya kesan pengamatan memberi kesan halus, ketika diraba ternyata juga halus, maka jenis tekstur seperti itu disebut tekstur nyata (actual texture), karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika seseorang mendapat kesan kasar pada pengamatan permukaan objek lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur seperti ini disebut tekstur semu (simulated texture atau synthetic texture), Karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya tidak sama tapi berbeda atau tidak nyata. Biasanya tekstur seperti ini dihasilkan dari efek permainan warna, pola, nada, dan garis.

5. Bentuk
Semua karya seni rupa tentu memiliki bentuk, apakah bentuk tersebut realistik atau abstrak, representasional atau non representasional, dirancang dengan cermat atau dihasilkan dengan spontan. Apapun jenis dan aliran seni lukis, semuanya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni. Dalam teori seni, pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "shape", sedangkan istilah wujud merupakan terjemahan dari "form". Bentuk biasanya diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang disebut rupa atau wujud. Wujud mengandung pengertian yang khas dalam konteks seni rupa. Bentuk dalam pengertian seni lukis memiliki banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan bentuk non figuratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk imitatif yaitu berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan alam pegunungan, fauna, flora, pantai, daerah pertanian, potret, dalam setting alamiahnya) atau bentuk-bentuk ciptaan manusia (seperti pabrik, istana, kota, menara, pelabuhan, hotel, dan lain-lain) objek ini di lukis persis seperti keadaan aslinya. Karya-karya yang dihasilkan dengan sendirinya secara alami cenderung menjadi naturalisme atau realisme. Jika kehadirannya dipicu oleh kehidupan bawah sadar pencipatanya, maka bisa pula menciptakan karya-karya surealisme seperti pada karya-karya Sudibio, Salvador Dali, atau Ivan Sagito.

Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib, teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical art dan sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan bisa pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan menjadi neo plastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau color field painting, seperti karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak ekspresionisme seperti karya Jackson Pollock. Atau jika bentuk itu tidak berupaya mencapai efek tiga dimensional disebut bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali, atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain.


Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Konsep Berkarya Seni Rupa

Materi Seni Budaya Kelas 11 : Konsep Berkarya Seni Rupa


A. Berekspresi melalui Karya Seni Rupa

Pelaksanaan aktivitas kreasi seni lukis merupakan kegiatan untuk merealisasikan konsep seni sebagai ekspresi. Yakni konsep yang berdasarkan pada sumber inspirasi seni dipetik dari kehidupan psikologis pelaku yang kreatif. Karenanya jenis seni ini kurang objektif, tapi lebih bersifat subjektif, namun sangat penting dalam usaha membentuk keseimbangan antara kehidupan rohani dan jasmani seorang insan. Proses kreatif berekspresi melalui karya seni rupa ini memerlukan beberapa peralatan yang harus dipersiapkan, antara lain : kanvas berukuran 60 x 60 cm, palet, kuas, cucian kuas, cat minyak, kain lap, dan perlengkapan lain yang dipandang perlu.


1. Mengamati Karya Seni Rupa
Pertama-tama, marilah kita melakukan pengamatan terhadap realitas internal dari kehidupan spiritual kita, misalnya dengan cara memusatkan perhatian pada kehidupan rohani kita, hal itu mungkin berkenaan dengan cita- cita, emosi, intuisi, gairah, nalar, kepribadian dan pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang sekarang kita alami.

2. Menanyakan Karya Seni Rupa
Kemudian kita dapat bertanya kepada diri sendiri, gejala kejiwaan mana yang paling bermasalah, yang paling penting untuk diekspresikan lewat kegiatan melukis. Diharapkan dengan cara itu kehidupan batin kita akan menjadi lebih tenang, sehat, dan seimbang. Lalu tetapkanlah itu sebagai gagasan atau sumber inspirasi kreativitas kita. (penentuan tema atau subject matter).

Konsep Berkarya Seni Rupa3. Mencoba Karya Seni Rupa
Selanjutnya cobalah mereka-reka wujud visual gagasan tersebut, dalam imajinasi kita, lalu buatlah sketsa-sketsa alternatif bagaimana rupa karya lukisan yang kita inginkan, apakah figuratif menyerupai bentuk-bentuk alamiah, semi figuratif karena telah mengalami distorsi dari bentuk alamiahnya, atau non figuratif, yang sama sekali tidak melukiskan gejala alamiah lagi, melainkan hanya bentuk-bentuk abstrak. Tidak ada batasan yang dapat mengekang kebebasan kreatif kita dalam memilih gambaran wujud lukisan. Batasannya adalah pencapaian kepuasan berekspresi, sama dengan terealisasinya suatu gagasan menjadi lukisan.

4. Menalar Karya Seni Rupa
Dari sejumlah sketsa yang telah kita buat sebelumnya, analisislah kekuatan dan kelemahan setiap sketsa. baik dari aspek konseptual, visual, dan kemungkinan penggunaan media teknik berkarya yang sesuai. Pilihlah salah satu sketsa paling representatif yang memenuhi harapan kita. Kemudian berekspresilah dengan penuh rasa percaya diri. Untuk menandai lukisan telah selesai atau belum, tolok ukurnya adalah kepuasan yang kita alami. Jika rasa puas itu telah muncul dalam hati kita, kepuasan mempersepsi wujud lukisan yang kita ciptakan, maka lukisan itu dapat dibubuhi dengan tanda tangan atau inisial kita. Sebagai bukti kitalah penciptanya, dan kita bertanggung jawab penuh atas ciptaan tersebut.

5. Menyajikan Karya Seni Rupa
Pengertian penyajian sebuah lukisan, berbeda dengan penyajian makalah dalam kegiatan seminar atau diskusi. Dalam konteks ini kita mengerjakan pemberian bingkai yang sesuai, baik ukurannya, warnanya, maupun kesesuaian dengan aliran lukisan kita. Selanjutnya menulis ringkasan konsep, deskripsi visual, pembuatan label (judul lukisan, tahun, media yang digunakan, ukuran, nama pencipta, serta foto karya lukisan).

Semua keterangan ini dilekatkan di bagian belakang lukisan. Sehingga lukisan itu dikatakan “siap untuk dipamerkan”. Selanjutnya lukisan tersebut untuk sementara akan di simpan di ruang koleksi. Penyajian seni lukis yang sesungguhnya akan diselenggarakan dalam bentuk pameran yang diselenggarakan dengan pembentukan panitia pameran. Panitia akan bekerja-sama dengan pihak-pihak lain, misalnya sponsor, donatur, galeri, kurator, pers, dan lain-lain.

B. Rangkuman Konsep Berkarya Seni Rupa

Konsep Berkarya Seni RupaBerekspresi merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia sebagai insan budaya, realitas internal kehidupan spiritual kita membutuhkan penyaluran, agar kita dapat mencapai keseimbangan kehidupan rohaniah yang sehat. Proses mengamati, menanyakan, mencoba, menalar, dan menyajikan adalah aktivitas proses kreasi yang lebih bersifat objektif. Dengan memadukan realitas internal yang subjektif dengan pendekatan objektif, kita diharapkan untuk memperoleh pengalaman yang berharga, yakni keharmonisan antar kehidupan batiniah dan kehidupan lahiriah. Dari proses kegiatan berekspresi ini potensi artistik kita diharapkan akan berkembang, dan karya-karya kita adalah objek-objek real tentang apa yang kita harapkan, inginkan, dan sudah pasti merupakan dokumen penting bagi kehidupan psikologis kita.

C. Refleksi Konsep Berkarya Seni Rupa

Disamping menghasilkan karya sebagai benda seni yang mengandung nilai keindahan dan makna seni, aktivitas berekspresi dalam penciptaan lukisan juga berfungsi sebagai katarsis atau terapi bagi pelaku kreatifnya sendiri. Sedangkan bagi para psikolog, karya lukisan yang kita ciptakan itu, merupakan data kehidupan psikologis yang dapat digunakan sebagai objek penelitian. misalnya untuk mengetahui realitas kehidupan emosional, intelektual, imajinasi sang pelukis.

Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Wednesday, August 27, 2014

Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni Budaya

Dari pengalaman mempelajari apresiasi seni, diharapkan berkembang sikap-sikap positif pada diri kita seperti demo­kratis, etis, toleransi, dan sikap-sikap positif lainnya. Sikap demokratis misalnya akan tercermin ketika seseorang mengacu kepada prinsip diferensiasi dan tidak diskriminatif, hal ini akan terjadi bila dia memberi peluang yang sama secara adil kepada semua anggota panitia mengemukakan pendapat untuk menentukan sesuatu hal, misalnya, tema pameran. Contoh sikap demokratis yang lain, misalnya prilaku yang tidak membedakan gender. Kita akan memperlihatkan penerapan prinsip kesetaraan gender sesama teman dan dalam pergaulan dengan masyarakat seni serta lingkungan pergaulan sosial pada umumnya.

Sikap toleran akan tercermin saat kita dapat menerima perbedaan pendapat dalam aktivitas mengapresiasi seni budaya, karena dari kajian yang kita lakukan dalam menafsirkan data pengamatan perbedaan respons secara estetik adalah sesuatu yang wajar. Sebab kita tahu pada dasarnya seni dapat diserap dan diartikan secara berbeda-beda oleh setiap insan. Sikap etis akan tercermin saat kita dalam kegiatan diskusi yang hangat, tidak mengucapkan kata-kata atau menunjukkan sikap yang bernada melecehkan, merendahkan, menertawakan, menghina, atau kata lain yang setara dengan itu.

Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni BudayaDari perolehan kehidupan berbudaya dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah, dan dari interaksi siswa dengan dunia seni (kunjungan ke pameran, sanggar, museum, galeri, atau pergaulan langsung, misalnya, melakukan kegiatan diskusi dalam kegiatan pameran di sekolah dan lain-lain). Diharapkan para siswa dapat berinteraksi dengan sopan, santun dan efektif dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas, termasuk di lingkungan seni budaya, di mana ia bermukim. Dengan sikap berbudaya seperti ini, maka para siswa dapat mengamalkan prilaku yang positif dan optimistik dalam berinteraksi dengan masyarakat seni budaya dan masyarakat umum baik dalam konteks lokal, nasional, maupun internasional.

Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Mengamalkan Prilaku Manusia Berbudaya dalam Kehidupan Bermasyarakat

Sebelum membahas tentang prilaku manusia berbudaya dalam kehidupan bermasyarakat, perlu kita pahami terlebih dahulu hakikat dan pengertian kebudayaan. Kata budaya berasal  dari kata buddayah (bahasa sansekerta), jamak dari kata budhi yang berarti akal dan nalar. Jadi kata kebudayaan dapat berarti : hal-hal yang berhubungan dengan akal, budi, dan nalar. Pengertian lain dari kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat). Kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu :
(1) kebudayaan sebagai konsep
(2) kebudayaan sebagai aktivitas,
(3) kebudayaan sebagai artefak.
Dengan klasifikasi tersebut, seluruh aktivitas interaksi manusia dengan penciptanya, interaksinya dengan masyarakat, dan interaksinya dengan alam, semuanya merupakan kebudayaan.

Mengamalkan Prilaku Manusia Berbudaya dalam Kehidupan BermasyarakatKata budaya biasanya juga dipadankan dengan kata adab, yang menunjukkan unsur-unsur budi luhur dan indah, misalnya sopan santun, kesenian, dan ilmu pengetahuan, adalah peradaban atau kebudayaan. Namun menurut Van Peursen, filsafat kebudayaan modern dewasa ini, akan meninjau kebudayaan terutama dari sudut policy tertentu, sebagai suatu strategi  bagi hari depan. Kebudayaan dapat diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau setiap kelompok orang-orang. Berbeda dengan hewan, manusia tidak hidup begitu saja ditengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu.

Kita dapat mengembangkan potensi prilaku yang baik untuk bergaul dengan masyarakat seni dan lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya dengan cara mengenal, memahami, dan menghargai budayanya sendiri. Mengembangkan sikap sopan, ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan, lingkungan sosial. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia.

Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan Budayawan

Pengembangan sikap empati kepada profesi seniman dan budayawan harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apresiasi terhadap seni budaya, termasuk seni rupa, merupakan bagian dari estetika yang dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas dari kemampuan untuk mengapresiasi keindahan serta harmoni yang mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual hingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan bermasyarakat hingga mampu menciptakan kebersamaan yang nyaman dan harmonis.

Pengenalan akan tokoh-tokoh seni budaya, karya dan reputasinya, kontribusi mereka bagi masyarakat dan bangsa, dan bagi kemanusiaan pada umumnya, adalah upaya nyata dalam mengembangkan perasaan simpati, yang jika dilakukan berulang-ulang akan dapat meningkat menjadi perasaan empati. Sehingga diharapkan peserta didik menjadi kagum dengan prestasi dan jasa-jasa para seniman atau budayawan berdasarkan kualitas karya seni, termasuk penghargaan yang diperolehnya, baik dalam tingkat lokal, nasional, sampai pada tingkat internasional.

Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan BudayawanSetiap manusia di dunia ini dianugerahi oleh Tuhan perasaan keindahan, sadar atau tidak, manusia menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam aktivitas kesenirupaan, baik dalam proses penciptaan, pengkajian, serta penyajiannya senantiasa dipandu oleh rasa keindahan yang bersifat esensial dalam seni. Pada hakikatnya pengalaman menikmati rasa keindahan itu dapat memberikan kebahagiaan spiritual bagi manusia. Oleh karena itu sudah selayaknya manusia mensyukuri anugerah Tuhan itu, dan senantiasa memuliakan Nama-Nya.

Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Friday, August 22, 2014

Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa

Materi Seni Budaya kelas 11 : Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa


Apresiasi seni rupa merupakan aktivitas mengindra karya seni rupa, menikmati, merasakan, menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni, selain itu menghormati keberagaman konsep, dan juga variasi konvensi artistik eksistensi dunia seni rupa. Secara teoretik apresiasi seni memiliki tiga domain, yakni (1) perasaan (feeling), dalam konteks ini terkait dengan perasaan keindahan, (2) penilaian (valuing) terkait dengan nilai seni, dan (3) empati (emphatizing), terkait dengan sikap hormat kita kepada dunia seni rupa, termasuk pula kepada profesi perupa (pelukis, pepatung, pedesain, pegrafis, pekeramik, pekria, dan lain-lain). Hal itu karena kita menyadari peran dan kontribusi para seniman tersebut bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara, atau bagi nilai-nilai kemanusiaan secara umum.

Pengalaman personal dalam mengamati karya seni dilakukan dengan mengamati suatu lukisan yang dipajang di depan kelas. Siswa lalu menceritakan hasil pengindraannya, reaksinya, respons pribadinya, analisis dan penafsiran serta evaluasinya terhadap lukisan tersebut secara lisan. Kemudian mendiskusikannya di kelas dengan panduan guru yang berperan sebagai moderator. Kemudian hasil catatan dari notulen atau rekaman atas kemampuan berapresiasi seni rupa yang dilakukan secara lisan dan hasil diskusi tersebut, disempurnakan lagi oleh siswa dan dikonversi ke bentuk karya tulis dengan bahasa Indonesia yang  komunikatif, sistematis, dan lugas.


Pengembangan sikap apresiatif seni rupa pada hakikatnya adalah bahwa semua manusia dianugerahi oleh Tuhan apa yang disebut “sense of beauty”, yang berarti "rasa keindahan". Meskipun ukuran rasa keindahan tidak sama pada setiap orang, jelas setiap manusia secara sadar atau tidak telah menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya ketika kita memantaskan diri dalam berpakaian, memilih sepatu, memilih dasi, dan berdandan. Rasa keindahan senantiasa berperan memandu prilaku kita untuk memilih dan memilah apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis, penampilan citra harmonis pada umumnya kita sebut gagah, tampan, cantik, ayu, rapi dalam bahasa sehari-hari, yaitu penggunaan kata lain untuk menyebut fenomena keindahan. Demikian pula dalam melengkapi kebutuhan hidup, kita senantiasa dipandu oleh rasa keindahan.

Katakanlah dalam menata arsi­tekt­ur rumah tinggal, memilih perabotan untuk rumah tangga, otomotif, televisi, kulkas, sampai kepada pembelian pi­ring, sendok, garpu, dan segala macam barang yang kita gunakan sehari-hari di perkotaan. Demikian pula pada kehidupan di pedesaan, hampir semua benda yang dibutuhkan memiliki kaitan dengan rasa keindahan dan seni, seperti kain tenun, keris, batik, keramik, perhiasan, ornamen, busana, alat musik, dan lain-lain.

Pengembangan Sikap Apresiatif Seni RupaHal tersebut tidak berbeda dengan masyarakat di daerah pedalaman, sesederhana apapun tingkat kehidupan manusia, dalam perlengkapan dan peralatan hidupnya, seperti busana, tata rias, tari-tarian, musik, motif ornamen, dan banyak lagi karya-karya seni etnik yang sangat indah dan mengagumkan. Dengan uraian ini, jelaslah bahwa seni terdapat di mana-mana. Itulah yang menyebabkan kesenian secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang universal, sama seperti rasa keindahan yang juga memiliki sifat universal.

Tingkat kepekaan terhadap perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap terbuka) pada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan beserta maknanya (seni lukis, seni grafis, desain, seni patung, dan kria) menghargai aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain komunikasi visual, desain interior, desain tekstil, dan berbagai karya kria (kria keramik, tekstil, kulit, logam kayu, dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita mendapatkan pengalaman estetis. Dari proses penghayatan yang intens, kita akan dapat mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan, dalam arti praktis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan ari dan makna karya seni. Aktivitas ini dapat dilatihkan sebagai kemampuan apresiatif secara lisan maupun tulisan.

Aktivitas pendukung, seperti membaca teori-teori tentang seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman, dialog bersama tokoh seniman serta budayawan, merupakan pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para siswa dapat menyampaikan argumentasi yang logis dalam meyimpulkan makna seni.

Secara psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dimulai  dari reaksi panca indra kita mengamati seni (sensasi), rasa keindahan (emosi), kesan pencerapan (impresi), penafsiran makna seni (interpretasi), menerima dan menghargai makna seni (apresiasi), dan menyimpulkan nilai seni (evaluasi). Aktivitas ini berlangsung saat seseorang insan mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas positif berasosiasi, melakukan komparasi, analogi, diferensiasi, dan sintesis. Pada umumnya. karya seni yang baik akan dapat memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi insan pengamatnya.

Sumber : Buku Seni Budaya kelas 11 - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan