Sunday, January 18, 2015

Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya

Teknik pembuatan karya seni kriya disesuaikan dengan bahan yang dipakai. Teknik-teknik yang digunakan dalam membuat karya seni kriya antara laln teknik cor, teknik ukir, teknik membatik, teknik anyam, teknik tenun, teknik bordir dan teknik membentuk. Seni kriya berdasarkan teknik pembuatannya tersebut, dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

1. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya pahat atau seni kriya ukir

Kriya Pahat atau kriya ukir, yaitu kerajinan yang dibuat dengan menggunakan tatah ukir. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir. Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda-benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti garis, lingkaran, swastika, zig zag, dan segitiga.
Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya pahat atau seni kriya ukir

Jenis, bentuk, bahan, dan teknik dalam seni pahat sangat beragam, dari jents ukir, patung, dan aneka kerajinan lainnya. Seni pahat selain menggunakan bahan kayu, juga menggunakan batu, aneka logam, emas, serta tulang dan kulit hewan. Contohnya mebel, relief, patung, topeng, wayang, dan lain-lain. Deerah yang dikenal sebagai penghasil kerajinan ini yaitu Asmat, Nias, Toraja, Simalungun, Batak, Bali, Minangkabau, Lampung, Madura, Jepara, Klaten, Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon.

Dilihat dari jenisnya. ada beberapa ukiran, antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, ukiran tinggi (timbul), dan ukiran ukir Pada umumnya, ukiran selain sebagal hiasan juga mengandung makna atau fungsi tertentu, seperli makna simbolis dan religius. Matcna atau fungsi karya seni ukir, antara lain sabagal berikut.

  1. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
  2. Fungsi magis, yaitu ukiran yang didalamnya mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan splritual.
  3. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional, dimana selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spirttual d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagal hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
  4. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang bertungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.


2. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya batik


Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kapan tepatnya waktu kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan caara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapatahapan pewarnaan dan tahap nglorod (penghilangan malam). Selain di Jawa, batik juga terdapat di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Bali. Corak kain batik setiap daerah beraneka ragam. Corak batik Jawa umumnya bergaya naturalis dengan sentuhan wama-wama yang beragam. Corak batik pesisir umumnya menunjukkan adanya pengaruh asing. Pekalongan merupakan penghasil batik yang terkenal dan termasuk dalam golongan batik pesisir. Daerah batik bercorak pesisir yang lain adalah Madura, Tuban, dan Cirebon. Batik daerah ini perpaduan warna yang kontras, seperti merah, kuning, cokelat, dan putih. Sedangkan Batik Solo, Yogyakarta, dan sekitamya umumnya menggunakan warna-warna redup, seperti cokelat, biru, hitam, dan hijau.
Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya batik

Alat dan bahan utama yang dipakai untuk membatik, yaitu sebagai berikut.

  1. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
  2. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai petintang masuknya warna ke serat kain (benang).
  3. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain dapat menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan atau pewarna industri yaitu naptol dan garam diasol.
  4. Canting dan kuas, untuk menorehkan lilin pada kain.
  5. Kuas untuk nemboki, digunakan untuk menutup malam pada permukaan kain yang lebar.


Teknik membatik yang paling banyak diterapkan di Indonesia adalah teknik batik tulis. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, selain tekniktulis juga telah berkembang proses pembuatan kain batik dengan teknik cap, teknik celup, teknik lukis, dan teknik printing.

a. Batik celup Ikat
Batik celup ikat dibuat tanpa menggunakan malam sebagai bahan penghalang tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik ikat atau jumputan.

b. Batik tulis
Batik tulis dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.

c. Batik cap
Pada batik cap digunakan alat cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel tersebut dicelupkan kedalam lilin panas, kemudian ditekan atau dicapkan pada kain batik.

d. Batik lukis
Batik lukis dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efektertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.

e. Batik modern
Batik modern adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhimya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.

f. Batik printing
Batik printing dibuat dengan menggunakan teknik sablon (screen pinting). Proses pernbedan wama dengan cara meletakkan larutan naphtol yang telah dikentalkan ke atas permukaan kain menggunakan alat rakel.

3. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya tenun

Indonesia adalah salah satu negara penghasil tenun terbesar, terutama dalam hal keragaman corak hiasannya. Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat dan tenun songket. Yang membedakan keduanya adalah pada teknik pembuatan dan bahan yang digunakan. Pada songket ada tambahan benang emas, perak, atau benang sutra. Daerah yang terkenal sebagai penghasil tenun lkat, antara lain Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi, Ball, Sulawesi Tengah, Toraja (Sulawesi Selatan), Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, NTT, Flores, dan Maluku. Sedangkan penghasil songket yang terkenal, antara lain Aceh, Sumatra Barat, Riau, Palembang, Bali, Sumatra Utara, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kriya tenun kebanyakan dipakai untuk selendang, sarung, kebaya, dan ikat kepala seperti pada pakaian adat. Bahan yang dipakai untuk membuat kain tenun ditentukan oleh ketersediaan alam daerah setempat. Di Sumbawa (NTT)semue produk kain tenun dibuat dan benang kapas. Kain songket berbahan benang sutra dapat dijumpai di Aceh, Sumatra Barat, Palembang, dan Bali, sedangkan yang berbahan dasar benang katun dapat dijumpai di Flores.

Teknik menenun pada dasarnya hampir sama dengan teknIk menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hamplr tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsin dan pakan. Teknik tenun dapat dibagi menjadi empatjenis, yaitu sebagal berikut.

a. Teknik silang tunggal
Teknik silang tunggal merupakan teknik yang memiliki dua arah sumbu yang saling tegak lurus atau midng satu sama lainnya.

b. Teknik silang ganda
Teknik ini hampir sama dengan silang tunggal yaitu menyisipkan dan menumpang dua benda pipih (pakan dan lungsin) yeng berbeda arah. Bedanya ialah pada pakan dan lungsin yang diselusup dan ditumpangl tidak hanya satu tepi tetapi dapat dua, tiga, empat, dan seterusnya sehingga dikenal silangan ganda dua, ganda tiga, ganda empat, dan seterusnya sesuai dengan jumlah benda pipih yang dilompati dan disusupl.

c. Teknik tiga sumbu
Teknik ini sama seperti teknik silang, hanya saja perlu diingat bahwa pakan dan lungsin yang akan ditenun tersusun menurut tiga arah. Teknik ini memberi peluang untuk memperoleh hasil tenunan tiga sumbu jarang dan tiga sumbu rapat. Tenunan tiga sumbu rapat menghasilkan pda bentuk heksagonal (segi enam beraturan) atau belah ketupat.

d. Teknik empat sumbu
Teknik ini berprinsip menyisip dan menumpangkan pakan dan lungsin secara berbeda arah satu sama lainnya. Hanya saja benda pipih yang berbeda arah dsini semakin banyak jumlahnya (empat buah sumbu). Jenis tenun empat sumbu termasuk jenis tenun yang berlubang-lubang dengan bentuk pola oktogonal (segi delapan beraturan).

4. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya anyaman


Kriya anyaman di Indonesia sangat beragam, baik jenis, bahan, maupun bentuknya. Bahan untuk membuat anyaman kebanyakan dari kulit bambu, batang rotan, dan daun pandan.
Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya anyaman

Bahan-bahan alam lainnya adalah pelepah pisang, enceng gondok, dan serat kayu. Teknik pembentukan anyaman adalah dengan memanfaatkan jalur lungsi (vertikal), jalur pakan (horizontal), dan jalur gulungan (diagonal). Pembentukan pola motif anyaman diperoleh dengan cara memanfaatkan perbedaan warna. Kriya anyaman tersebar di Nusantara terdiri atas bentuk-bentuk tradisional yang masih bertahan, pengembangan dari bentuk-bentuk tradisional, hingga bentuk-bentuk desain baru. Tasikmalaya (Jawa Barat) adalah salah satu pusat kerajinan anyaman dari berbagai bahan dan bentuk. Di Halmahera (Maluku), rotan diproduksi menjadi tas punggung. Di Papua, anyaman dapat ditemukan pada produksi gelang khas masyarakat Papua yang terbuat dari serat kayu dan batang anggrek hutan. Pada awalnya kegiatan menganyam dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan alam yang hanya diproses secara sederhana seperti daun kelapa, rotan, eceng gondok, serta daun pandan, tetapi seiring berkembangnya zaman, menganyam tidak hanya menggunakan bahan-bahan alam, tetapi juga menggunakan bahantelcstil sebagai bahan dasamya. Berikut ini beberapa contohmotif anyaman.

a. Sasak
Prinsip motif ini selang-seling jalinan satu tumpang satu dengan pengembangan variasinya. Menyambung jalinan dilakukan dengan langsung menyisipkan pada saat melakukan tumpang tindih. Contoh benda yang dibuat dengan motif ini adalah keranjang, tas, dan jok kursi (antik).

b. Bilik atau Kepang
Untuk motif ini, selang-seling jalinannya adalah dua tumpang satu dan pengembangannya. Contoh benda yang bermotif ini adalah bilik, tikar, bakul, kipas, dan sebagainya.

c. Bintang
Selang-seling jalinan anyaman motif bintang membentuk segi enam beraturan yang setiap sudutnya tumpang-tindih bergantian. Contoh benda anyaman motif ini misalnya keranjang besar dan kecil.

d. Lilit
Cara menganyam motif ini dengan melilitkan tali selang-seling pada jali nan. Contoh benda anyam dengan teknik lilit yakni keranjang buah, kerai, tempat pensil, bangku, meja, dipan, dan sebagainya.

5. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya bordir


Bordir adalah sebuah seni yang memadukan dekorasi sulaman pada kain. Alat bantunya berupa jarum dan benang. Bordir merupakan kerajinan rakyat yang memedukan ketekunan dan ketelatenan dalam pengerjaannya. Kerajinan ini telah tumbuh di beberapa daerah dengan motif dan rancangan khas daerah masing-masing.Awalnya kerajinan ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan pakaian kebaya wanita yang merupakan pakaian nasional Indonesia, tetapi dengan adanya perkernbangan dan penggunaan yang semakin meluas kerajinan ini menjadi bagian dari ciri khas motif pakaian untuk sholat seperti mukena, baju koko, dan selendang.

6. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya cor (cetak tuang)


Pada umumnya, seni kriya yang menggunakan teknik cor dibuat dengan bahan dasar logam dan tanah liat. Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti genderang perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.

Teknik cetak pada zaman perunggu ini ada dua macam, yaitu teknik bivalve dan teknik a cire pardue.
a. Teknik tuang berulang (bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keping cetakan yang terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan ('bi' berarti dua dan 'valve' berarti kepingan). Teknik inl digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hlasannya.

b. Teknik tuang sekali pakai (a cire perdue)
Teknik a cire perdue digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat. Selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat. Setelah itu, model tersebut dibakar untuk mengeluarkan lilin. Dengan demiklan terjadilah rongga dan akhirnya lelehan perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat tersebut dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.

Di samping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin.

7. Teknik dan Proses Pembuatan Seni kriya membentuk


Pengertian teknik membentuk di sini yaltu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar, atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.

Teknik yang umumnya dlgunakan pada proses pembuatan keramik, antara lain sebagai berikut.

a. Teknik lillt pilin (colling)
Teknik ini merupakan gabungan dari pilinan tanah yang ditumpuk satu persatu diantara pilinan yang lain sehingga menjadi sebuah/bentuk keramik. Bentuk pilinan tersebut berfungsi sebagai dinding benda dan dekorasi.

b. Teknik pijat jari (pinching)
Teknik ini merupakan teknik bagi pemula dalam membentuk sebuah benda keramik. Hasil jejak pijitan akan bisa ditamplikan dari tekanan ibu jari dan telunjuktangan. Fungsi pemijitan dengan jari adalah untuk mengarahkan bentuk pada benda keramik yang akan dibuat dan untuk meratakan ketebalan benda keramik secara keseluruhan.

c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung sepertl coll, lempengan atau pijatjan merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipa4 oleh seniman atau para penggemar keramik.

d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat mengheslikan banyak bentuk yang simetrls (bulat, silindris) dan bervarlasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentra keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasll kan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci, dan lain-lain.

e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger, maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat-alat rumah tangga yaitu piring, cangkir, mangkok, gelas, dan lain-lain.

Di samping cara-cara pembentukan di atas, para pengrajin keramik tradisional juga dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding, maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seberti binatang atau tumbuh-tumbuhan.

2 comments:

Note: Only a member of this blog may post a comment.